Senin, 24 Juni 2013

Farmasetika Dasar



Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan dari bahan obat-obatan. Berdasarkan ruang lingkupnya, dunia farmasi memiliki cakupan yang sangat luas, oleh karena itu ilmu resep tidak dapat berdiri sendiri dari cabang ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, dan farmakologi.

Pada waktu seseorang mulai terjun masuk ke dalam pendidikan kefarmasian, berarti dia mulai mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal :
1. Memenuhi kebutuhan obat-obatan yang aman dan bermutu.
2. Pengaturan dan pengawasan distribusi obat-obatan yang beredar di masyarakat.
3. Meningkatkan peranan dalam bidang penyelidikan dan pengembangan obat-obatan.

Sejarah Kefarmasian
Ilmu resep telah ada semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia di dunia ini mulai timbul peradapan dan mulai terjadinya penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untukmelakukan usaha pencegahan terhadap penyakit. Orang-orang yang berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran :
# Hipocrates (460 – 370), memperkenalkan dunia farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
# Dioscorides, orang pertama yang menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan, karyanya “De Materia Medika”.
# Galen (130 – 200 SM) memperkenalkan obat-obatan yang berasal dari alam, formula dan sediaan farmasi yang disebut Farmasi Galenik.
# Philipus Aureulus Theopratus Bombatus van Holhenheim (1493 – 1541 SM) disebut Paracelsus, mempengaruhi perubahan farmasi , menyiapkan bahan obat spesifik dan memperkenalkan zat kimia sebagai obat internal.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,maka ilmu farmasi pun mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi saling berkaitan,misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika, dan kimia farmasi.

Sebagai buku panduan bagi farmasis, setiap negara memiliki buku farmakope yang memuat persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan.
a. Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
b. United State Pharmakope (USP) milik Amerika
c. British Pharmakope (BP) milik Inggris
d. Nederlands Pharmakope milik Belanda
e. Farmakope Internasional milik WHO

Di Indonesia sebelum mempunyai farmakope, yang berlaku adalah Farmakope Belanda Baru pada tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan Farmakope Indonesia edisi I.

Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan :
1. Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit 20 Mei 1962
2. Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit 20 Mei 1965
3. Formularium Indonesia (FOI) terbit 20 Mei 1966
4. Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972
5. Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974
6. Formularium Nasional terbit 12 November 1978
7. Farmakope Indonesia edisi III terbit 9 Oktober 1979
8. Farmakope Indonesia edisi IV terbit 5 Desember 1995

Farmakope
Farmakope merupakan buku yang memuat persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan. Judul tersebut dapat disingkat menjadi FI. Jika tidak ada keterangan lain, selama periode berlakunya maka yang dimaksudkan adalah FI IV dan semua suplemennya.

Bahan dan Proses
Sediaan resmi dibuat dari bahan-bahan yang memenuhi persyaratan dalam monografi Famakope untuk masing-masing bahan yang bersangkutan, yang monografinya tersedia dalam Farmakope. Bahan resmi harus dibuat sesuai denganprinsip-prinsip cara pembuatan yang baik dan dari bahan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, untuk menjamin agar bahan yang dihasilkan memenuhi semua persayaratan yang tertera pada monografi Farmakope. Apabila mongrafi suatu bahan sediaan memerlukan bahan yang jumlahnya dinyatakan sebagai zat yang telah dikeringkan, bahan terseut tidak perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum diunakan, asalkan adanya air atau bahan yang mudah menguap diperkenankan dalam jumlah yang ditetapkan.

Bahan Tambahan
Bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi, tidak boleh mengandung bahan yang ditambahkan, kecuali secara khusus diperkenankan dalam monografi. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau ketentuan umum, bahan-bahan yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, dan pembawa dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat atau penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan.

Bahan tambahan yang dianggap tidak sesuai dan dilarang digunakan, kecuali :
a.bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.
b.Tidak melebihi jumlah minimal yang diperlukan untuk memberikan efek yang diharapkan.
c.Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan dari sediaan resmi
d.Tidak menganggu dalam pengujian dan penetapan kadar.

Tangas Uap
Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tangas dengan uap panas mengalir. Dapat juga pemans lain yang dapat diatur, hingga suhunya sama dengan uap panas mengalir.

Tangas Air
Jika dinyatakan penggunaan tangas air, tanpa menyebutkan suhu tertentu yang dimaksudkan adalah tangas air yang mendidih kuat.

Larutan
Pernyataan (1 dalam 10 ) mempunyai arti 1 bagian volume cairan atau 1 bagian bobot zat padat diencerkan dengan atau dilarutkan dalam pengencer atau pelarut secukupnya hingga volume akhir 10 bagian volume.

Kelarutan
Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan istilah sebagai berikut :


Suhu Penyimpanan
1. Dingin : suhu tidak lebih dari 8oC; lemari pendingin memiliki suhu 2C dan 8C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu - 20C dan - 10C
2. Sejuk :suhu antara 8C dan 15C
3. Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar erkendali adalah suhu yang diatur antara 15C dan 30C
4. Hangat : suhu antara 30C dan 40C
5. Panas berlebih : suhu diatas 40C

Persen
1. Persen bobot per bobot (b/b), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram larutan atau campuran
2. Persen bobot per volume (b/v), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan
3. Persen volume per volume (v/v), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan

Daluarsa
Waktu yang menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku. Daluarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun, harus ercantum dalam etiket. Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.

 Kunjungi Juga:   http://www.poltekkestasikmalaya.ac.id 

Jumat, 21 Juni 2013

Pertumbuhan Bakteri

Bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat bila dalam keadaan yang menguntungkan. Pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:

1. Fase Adaptasi (Lag Phase)

Merupakan periode penyesuaian diri bakteri terhadap lingkungan dan lamanya mulai dari satu jam hingga beberapa hari. Lama waktu ini tergantung pada macam bakteri, umur biakan, dan nutrien yang terdapat dalam medium yang disediakan. Pada fase ini bakteri beradaptasi dengan lingkungan, belum mampu mengadakan pembiakan, terapi metabolisme sel bakteri meningkat dan terjadi perbesaran ukuran sel bakteri.

2. Fase Pertumbuhan (Log Phase)

Fase ini merupakan periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode yang didalamnya dapat teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama fase ini pembiakan bakteri berlangsung cepat, sel-sel membelah dan jumlahnya meningkat secara logaritma sesuai dengan pertambahan waktu, beberapa bakteri pada fase ini biasanya menghasilkan senyawa metabolit primer, seperti karbohidrat dan protein. Pada kurva, fase ini ditandai dengan adanya garis lurus pada plot jumlah sel terhadap waktu.

3. Fase Stasioner (Stationer Phase)

Fase ini merupakan suatu keadaan seimbang antara laju peryumbuhan dengan laju kematian, sehingga jumlah keseluruah bakteri yang hidup akan tetap. Beberapa bakteri biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti antibiotika dan polimer pada fase ini.

4. Fase Kematian (Death Phase)

Pada fase ini, laju kematian bakteri melampaui laju pembiakan bakteri. Hal ini disebakan karena habisnya jumlah makanan dalam medium sehingga pembiakan bakteri terhenti dan keadaan lingkungan yang jelek karena semakin banyaknya hasil metabolit yang tidak berguna dan mengganggu pertumbuhan bakteri.


Keterangan:
1  : Fase Adaptasi (Lag phase)
2  : Fase Pertumbuhan (Log phase)
3  : Fase Stasioner (Stationary phase)
4  : Fase Kematian (Death phase)


Singkat, jelas dan semoga bermanfaat... :)
Kunjungi Juga:   http://www.poltekkestasikmalaya.ac.id 

Senin, 17 Juni 2013

Mikrobiologi Dasar

 a.       Pengertian Mikrobiologi
Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu mikros = sangat kecil, bios = makhluk hidup, dan logos = ilmu. Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 mm yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop.   Makhluk   hidup   yang   sangat   kecil   tersebut   disebut   dengan   mikrobia,   mikroba, mikroorganisme, protista atau jasad renik, yang meliputi protozoa, algae, fungi, bakteri dan virus.
Sedangkan yang dimaksud mikroba adalah jasad hidup yang ukurannya kecil. mikroba  bukan  hanya karena  ukurannya  yang  kecil,  sehingga  sukar  dilihat  dengan  mata  biasa,  tetapi  juga pengaturan  kehidupannya  yang  lebih  sederhana  dibandingkan  dengan  jasad  tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron (ยต), 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba umumnya   hanya   dapat   dilihat   dengan   alat pembesar   atau   mikroskop,   walaupun  demikian   ada   mikroba   yang   berukuran   besar   sehingga dapat   dilihat   tanpa   alat pembesar.
b.      Penggolongan mikroba diantara jasad hidup   
Secara  klasik  jasad  hidup  digolongkan  menjadi  dunia  tumbuhan  (plantae)  dan dunia  binatang  (animalia).  Jasad  hidup  yang  ukurannya  besar  dengan  mudah  dapat digolongkan  ke  dalam  plantae  atau  animalia,  tetapi  mikroba  yang  ukurannya  sangat  kecil   ini   sulit untuk   digolongkan   ke   dalam   plantae  atau   animalia.   Selain   karena  ukurannya,  sulitnya  penggolongan  juga  disebabkan  adanya  mikroba  yang mempunyai  sifat antara plantae dan animalia. 
Menurut  teori  evolusi,  setiap  jasad  akan  berkembang  menuju  ke  sifat  plantae  atau animalia.  Hal  ini  digambarkan  sebagai  pengelompokan  jasad  berturut-turut  oleh Haeckel,Whittaker,  dan  Woese.  Berdasarkan  perbedaan  organisasi  selnya,  Haeckel membedakan dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia), dengan protista.Protista untuk menampung jasad yang tidak dapat dimasukkan pada golongan plantae dan animalia. Protista terdiri dari algae atau ganggang, protozoa, jamur atau fungi, dan bakteri  yang mempunyai  sifat  uniseluler,  sonositik,  atau multiseluler  tanpa  diferensiasi jaringan. Whittaker  membagi  jasad  hidup  menjadi  tiga  tingkat  perkembangan,  yaitu: 
(1). Jasad prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera),
(2). Jasad eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio Protista) dan
(3) Jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan Divisio Animalia.  
Sedangkan   Woese   menggolongkan   jasad   hidup   terutama   berdasarkan susunan  kimia  makromolekul  yang  terdapat  di  dalam  sel.  Pembagiannya  yaitu  terdiri Arkhaebacteria, Eukaryota (Protozoa, Fungi, Tumbuhan dan Binatang), dan Eubacteria.  
c.       Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
1.     PENEMUAN ANIMALCULUS
Awal terungkapnya dunia mikroba adalah dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek   (1633-1723).   Mikroskop   temuan   tersebut   masih   sangat   sederhana,dilengkapi     satu   lensa    dengan      jarak   fokus    yang    sangat     pendek,     tetapi   dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali.Leeuwenhoek melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan  tumbuhan  dan  invertebrata  kecil,  tetapi  penemuan   yang  terbesar  adalah  diketahuinya dunia mikroba yang disebut sebagai “animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis  mikroba  yang  sekarang  diketahui  sebagai  protozoa,  algae,  khamir,  dan  bakteri.
2.    TEORI  ABIOGENESIS DAN BIOGENESIS 
 Penemuan  animalculus  di  alam,  menimbulkan  rasa  ingin  tahu  mengenai  asal usulnya. Menurut teori abiogenesis, animalculus timbul dengan sendirinya dari bahan-bahan  mati.  Doktrin  abiogenesis  dianut  sampai  jaman  Renaissance,  seiring  dengankemajuan pengetahuan mengenai mikroba, semakin lama doktrin tersebut menjadi tidak terbukti. Sebagian ahli menganut teori biogenesis, dengan pendapat bahwa animalcules terbentuk dari “benih” animalculus yang selalu berada di udara. Untuk mempertahankan pendapat  tersebut  maka  penganut  teori  ini  mencoba  membuktikan  dengan  berbagai  percobaan.
Fransisco  Redi  (1665),  memperoleh  hasil  dari  percobaannya  bahwa  ulat  yang  berkembang  biak  di  dalam  daging  busuk,  tidak  akan  terjadi  apabila  daging  tersebut disimpan di dalam suatu tempat tertutup yang tidak dapat disentuh oleh lalat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ulat tidak secara spontan berkembang dari daging. Percobaan lain yang  dilakukan  oleh  Lazzaro  Spalanzani  memberi  bukti  yang  menguatkan  bahwamikroba tidak muncul dengan sendirinya, pada percobaan menggunakan kaldu ternyata pemanasan  dapat  menyebabkan  animalculus  tidak  tumbuh.  Percobaan  ini  juga  dapat  menunjukkan bahwa perkembangan mikrobia di dalam suatu bahan, dalam arti terbatas menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi pada bahan tersebut.
 Percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur juga banyak membuktikan bahwa  teori   abiogenesis   tidak   mungkin,   tetapi   tetap   tidak   dapat   menjawab  asal   usul animalculus.  Penemuan  Louis  Pasteur  yang  penting  adalah  (1)  Udara  mengandung mikrobia  yang  pembagiannya  tidak  merata,  (2)  Cara  pembebasan  cairan  dan  bahan-bahan   dari   mikrobia,   yang   sekarang   dikenal   sebagai   pasteurisasi   da  sterilisasi. Pasteurisasi  adalah  cara  untuk  mematikan  beberapa  jenis  mikroba  tertentu  dengan menggunakan uap air panas, suhunya kurang lebih 62oC. Sterilisasi adalah cara untuk mematikan   mikroba   dengan   pemanasan   dan   tekanan   tinggi,   cara   ini   merupakan penemuan bersama ahli yang lain.
3.     PENEMUAN BAKTERI BERSPORA 
John     Tyndall    (1820-1893),      dalam      suatu    percobaannya   juga mendukung pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya fase  termolabil  (tidak  tahan  pemanasan,  saat  bakteri  melakukan  pertumbuhan)  dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap panas). 
 
        Dari penyelidikan ahli botani Jerman  yang  bernama  Ferdinand  Cohn,  dapat  diketahui  secara  mikroskopis  bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora. Dengan  penemuan  tersebut,  maka  dicari  cara  untuk  sterilisasi  bahan  yang mengandung  bakteri  pembentuk  spora,  yaitu  dengan  pemanasan  yang terputus  dan diulang  beberapa  kali  atau  dikenal  sebagai  Tyndallisasi.  Pemanasan  dilakukan  pada suhu 1000C  selama  30  menit,  kemudian  dibiarkan  pada  suhu  kamar  selama  24  jam,cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang  masih  hidup  akan  berkecambah  membentuk  fase  pertumbuhan  /  termolabil,  sehingga dapat dimatikan pada pemanasan berikutnya. 
 
Semoga bermanfaat hhe... :)

Kunjungi Juga:   http://www.poltekkestasikmalaya.ac.id 

Senin, 10 Juni 2013

Sediaan Steril


Sediaan steril adalah sedian yang selain memenuhi persyaratan fisika-kimia juga persyaratan steril. Steril berarti bebas mikroba. Sterilisasi adalah proses untuk mendapatkan kondisi steril. Desinfektan adalah pembunuh baktreri yang penggunannya pada benda mati, misalnya pada lantai. Antiseptik adalah pembunuh bakteri yang penggunannya pada jaringan hidup, misalnya pada kulit dan luka.

Injeksi adalah sediaan steril yang diberikan melalui penyuntikkan pada lapisan kulit. Infus adalah sediaan yang penggunannya sama dengan injeksi teapi volumenya lebih besar (lebih dari 100 ml). Radiofarmasi yaitu sediaan farmasi yang obat aktifnya merupakan zat radioaktif. Larutan irigasi adalah larutan steril yang dipakai secara topikal, untuk mencuci sela-sela atau lubang tubuh termasuk luka (merupakan larutan NaCl 0,9%, dikemas dalam volume besar dan botol mulut lebar). Zat diagnostik adalah zat-zat yang digunakan untuk mendiagnosis. Misal evans blue untuk kontrol volume darah. Ekstrak alergenik adalah zat yang digunakan untuk menguji sensitivitas terhadap sesuatu, misal antibiotik. Ekstrak ini diencerkan dengan aqua steril saat akan digunakan.
Sediaan steril dapat berwujud:

1. Padat steril
- Merupakan obat steril
- Merupakan obat untuk injeksi, yaitu obat kering yang disuspensikan bila akan digunakan. Contoh: sodium ampisilin. Karena ampisilin tidak stabil dalam cairan, maka dibuat padat. Cara pembuatannya yaitu dengaa liofilisasi pada suhu rendah dengan pengeringan steril, kemudian didinginkan sampai -60oC untuk pembekuan. Selanutnya dilakukan sublimasi (dengan pengurangan tekanan secara bertahap), cairan menguap, sodium ampisilin padat tertinggal.

2. Semi padat, misal salep mata.

3. Cair, misal injeksi.
Syarat obat dikatakan berkualitas jika memenuhi syarat sebagai berikut:
  1. Efikasi
Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas obat dalam terapi.
     2.   Safety
Keamanan ini antara lain meliputi: keamanan dosis obat dalam terapi, memberikan efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau efek samping yang tidak diinginkan.
     3.   Aceeptable
Maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian menarik dan mudah dipakai konsumen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sediaan:
1. Terapi, meliputi:
- Dosis efektif obat. Obat dibuat dalam dosiss yang disesuaikan dengan dosis terapi efektif obat tersebut.
- Lama penggunaan obat. Hal ni juga berpengaruh pada penentuan bentuk sediaan obat yang akan dibuat dan besarnya dosis obat, sehingga pasien tetap merasa nyaman selama terapi.
- Farmakokinetika obat. Meliputi waktu paruh, absorpsi, t ½ eliminasi, Vd, Cl, dan lain-lain.
2. Sifat fisika-kimia meliputi:
- Ukuran partikel
- Sifat alir
- Kompaktibilitas
- Ketahanan terhadap kelembapan
Sifat fisika kimia inilah yang menetukan formulasi dan pemilihan metode pembuatan sediaan obat.

* Sediaan Parental
Keuntungan sediaan parenteral:
  1. Aksi obat lebih cepat
  2. Cocok untuk obat inaktif jika diberikan oral
  3. Obat yang mengiritasi bila diberikan secara oral
  4. Kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat diberikan secara oral.
Kerugian sediaan parenteral:
  1. Tidak praktis
  2. Butuh alat khusus (untuk injeksi)
  3. Sakit
  4. Risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung dihilangkan
  5. Butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.
Alasan obat dibuat sediaan parenteral:
1.   Kadar obat sampai ke target
Jumlah obat yang sampai ke jaringan target sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk terapi.
2.   Parameter farmakologi
Meliputi waktu paruh, C maks., onset.
3.   Jaminan dosis dan kepatuhan
Terutama untuk pasien-pasien rawat jalan
4.   Efek biologis
Efek biologis tidak dapat dicapai karena obat tidak bisa dipakai secara oral. Contoh: amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak oleh asam lambung).
5.   Altrnatif rute, jika tidak bisa lewat oral.
6.   Dikehendaki  efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik sistemik.
Contoh: methotreksat, penggunaan secara intratekal untuk pengobatan leukimia.
7.   Kondisi pasien
Untuk pasien-pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol
8.   Inbalance (cairan badan dan elektrolit)
Contoh: muntahber serius, sehingga kekurangan elektrolit yang penting dan segera harus dikembalikan
9.   Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi lokal

Faktor-faktor farmasetik yang berpengaruh pada penggunaan parenteral:
  1. Kelarutan obat dan volume injeksi
Kelarutan obat akan berpengaruh pada volume injeksi, jika mudah larut mak volume yang diberikan kecil. Untuk obat yang sukar larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi atau dengan kosolvensi.

     2.  Karakteristik bahan pembawa
- Water: air ada spesifikasi khusus
- Water-miscible solvent (solven yang campur dengan air)
- Water-immiscible solvent (solven yang tidak campur dengan air)

     3.  pH dan osmolalitas injeksi
a. Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalau bisa pH sama dengan pH darah, tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat. Contoh: injeksi aminofilin dibuat sangat basa karena pada kondisi asam akan terurai. Dalam pembuatan ditambahkan etilendiamin untuk menaikkan kelarutan dari aminofilin.
Aminofilin injeksi                   2,4%               24%
R/  Teofilin                              2,0                  20,0
Etilen diamin                           0,55                  5,5
Aqua p.i.                           ad 100                        ad 100 ml
Cara pemberian                    i.v.                   i.m.

b. Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh. Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi: hipotonis dan hipertonis.
- Hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil dari tekanan osmosis cairan tubuh (NaCl 0,9%). NaCl jika terurai menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl (154 mOsmol) sehingga total 308 mOsmol. Sedangkan tekanan osmosis cairan tubuh yaitu 300 mOsmol. Pada hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan masuk ke sel darah merah, sehingga sel darah merah bisa pecah (irreversibel)
- Hipertonis, yaitu tekanan osmosis larutan lebih besar dari tekanan osmosis cairan tubuh. Air kan mengalir keluar dari sel darah sehinggga sel mengkerut (krenasi), bersifat reversibel.

     4.  Tipe bentuk sediaan
  1. Larutan
  2. Suspensi
  3. Emulsi
  4. Solid
Kecepatan pelepasan obat dari bentuk sediaan:
- Aquous solution
- Aquous suspensi
- Oleagonous solution
- Oil in water (o/w)
- Water in oil (w/o)
-  Oleagenous

Mekanisme pelepasan:
  1. Suspensi: berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan sekitar. Maka, akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap sebagai hipertonis.
  2. Oleagenous:
                                  o/w –> iv
                                  w/o –> tidak boleh i.v.
Mengapa w/o lebih lama? Karena water keluar dulu dari sistem emulsi, baru masuk k sel tubuh. Jadi ada dua barier.Suspensi: terlarut, statusnya tetap hipertonis.

Cara menghitung isotonis:
1. Cara w
    Satuan g% atau g/100 ml
    Contoh:
                 Dibuat 100 ml, kadar 10 mg/ml.
                 a = 0.101
                 b = 0.76
     Jawab:
                 Kadar metadon = 10mg/ml = 1000 mg/100ml = 1 g/100ml (1%).
                 NaCl 0.9% = 0.52 (disebut isotonis)
                 1/0.9 x 0.52 = 0.76 (isotonis)
                 Zat itu hipo atau hiper?
                 Lihat a. Jika
                                     a = 0.52 (isotonis)
                                     a < 0.52 (hipotonis)
                                     a > 052  (hipertonis)
                 w =  zat pengisotonis yang perlu ditambahkan
                 kalau tanda negatif ditulis, hipernya berapa?
                
2. Cara h
    H   = mh / fh x (0.28 fa/ma x a + fb/mb x b …….) g/L
    mh = berat
    fh   = faktor disosiasi
    - Netral                                    : 1
    - Asam lemah, baa lemah        : 1.5
    - Kuat                                       : 1.8
      Contoh infus laktat:
                                      NaCl               0.3 (a) –> 3 g/L
                                      KCl                  0.1 (b) –> 1 g/L
                                      CaCl2             0.1 (c) –> 1 g/L
                                      Aqua ad 100 –> 1000
     Jawab:
                h = 1.8/58.5 x 3 + 1.8/….. x 1 + 1.8/…… x 1
                Dalam penggunaan  metode h lebih simpel, tidak perlu tabel

SYARAT SEDIAAN STERIL
Harus memenuhi 3 syarat berikut, yaitu secara fisika, kimia, dan biologi.
* FISIKA
Tipe sediaan larutan
  1. Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut dalam sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berwarna, tetap terlihat jernih (tidak keruh).
  2. Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna larutan sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain dalam sediaan itu.
  3. Bebasa dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat. Sumber partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja, serat dari alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas, plastik).
  4. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.
  5. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji kebocoran dapat dilakukan dengan:
          - Uji dengan larutan warna (dye bath test)
          - Metode penarikan vakum ganda (the double vacuum pull method)
     6. Stabil.
 Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika. Misal jika bentuk sediaan larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat dari:
  a. Terjadi perubahan warna
Contoh: larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan menjadi merah karena terbentuk adenokrom.
  b.Terjadi pengendapan
Contoh: injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO2, karena jika tidak bebas CO2 maka akan terbentuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga akan mengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.
CO2 + H2O –> H2CO3 (asam)
Aminopilin + Asam –> theopilin + etilen diamin
Pengatasan: injeksi aminophilin dibuat dari theopilin dan etilen diamin berlebih.
Tipe sediaan SUPENSI

MACAM PELARUT
1. Air
Air merupakan pelarut utama. Akan dijelaskan lebih mendetail setelah ini.
2. Pelarut yang dapat campur dengan air (water miscible solvent).
Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air, maka pengatasannya dengan dibentuk sediaan kering steril atau dengan sistem kosolvensi. Aqua kosolven: pelarut pembantu, tidak pernah dipakai tunggal, tetapi campuran. Macam-macam kosolven yang bisa digunakan:
  1. glikols (glikol, propilen glikol, PEG BM rendah). PEG bersifat higroskopis sehingga kemampuan untuk melarutkan zat kurang, sehingga dipakai yang anhidrous dan BM rendah. Propilen glikol + benzil akohol (suhu 40oC), untuk injeksi digoxin.
  2. etanol/alkohol
  3. dimetil asetamid, dimetil formasmide, DMSO. Pelarut ini larut sempurna dengan air, toksisitas akutnya rendah, toksisitas kronisnya merusak liver.
  4. N-(B-hidroksietil), laktamid
  5. aseton (kosolven pada obat antitumor dan antibiotik)
  6. asam organik (asam laktat, asam sitrat)
  7. surfaktan (emulphor EL-714, chremophor, plurnic F 68, lesitin)
  8. antibeku (gliserol sp 5%, alkohol 15%).
3. Pelarut yang tidak dapat campur dengan air (water immiscible solvent).
Contoh: minyak kacang (peanut oil), minyak wijen (oleum sesame), minyak biji kapas (cotton seed), minyak jagung (corn oil), minyak zaitun (olive), paraben cair. Oleum sesame dianggap pelarut yang paling baik untuk jenis pelarut golongan ini karena mengandung komponen penstabil (pencegah tengik). Sedangkan paraben sekarang dilarang penggunaanya.
Sebagai pelarut juga harus emenuhi batasan klorida, kalsium, ion sulfat, CO2. logam berat, oxidizable substance dengan total zat padat terlarut kurang dari 10 ppm (ppm = % x 104).


REVERSE OSMOSIS
Reverse Osmosis yaitu metode pemurnian air dengan prinsip pemisahan solute melalui membran semipermiabel dari konsentrasi tinggi ke kosentrasi rendah. Maka akan terjadi penolakan terhadap solut pada permukaan filter sehingga tidak bisa menembus membran. RO merupakan kebalikan dari osmosis. Osmosis adalah dari konsentrasi rendah ke tinggi. Filter dipasang untuk menyaring partikel kasar. Berdasarkan ukuran partikel, filter dibuat berbeda ukuran porinya.
Partikel besar

Bakteri

Virus

Pirogen

Ion
Untuk membunuh nikroba dapatdengan klorinasi/penambahan kaporit. Namun kaporit ini tidak boleh ada dalam air, jadi harus dihilangkan dengan karbon aktif. Selanjutnya karbon aktif dapat dipisahkan dari air dengan filter.
Keuntungan RO:
                           1. Energi lebih efisien dibanding dengan destilasi
                           2. Hasil labih banyak
                           3. Biaya lebih murah
Kerugian RO:
     1. In process control lebih ketat
     2. Air segera digunakan pada waktu 24 jam, jikalebih dari itu maka harus disimpan pad suhu    
         70-80oC agar kualitas air tidak menurun.
Manfaat:
               1. Air minum dari air laut
               2. pembuatan WFI
 Cara penyimpanan air untuk injeksi:
WFI disimpan dalam suhu ekstrim untuk mencegah pertumbuhan mikroba yaitu suhu < 5oC atau 80oC. Sumber panas dapat dipakai steam atau hot water. Heat exchanger berfungsi untuk menurunkan suhu pada storage tank sebelum digunakan. Jika suhu masih terlalu tinggi maka akan masuk ke return sirkuit. Air yang dihasilkan harus dicek dalam endotoksinometer dan dijaga kadar endotoksin < 0,25 SU/ml, ion klor, ammonia, partikel padat.

METODE STERILISASI
Sumber pencemaran produk:
1. Manusia
2. Bahan awal
Untuk masuk ruangan steril harus dibungkus rangkap tiga:
    - Lapisan 1 (terluar): dilepas sebelum masuk ruangan penyangga
    - Lapisan 2: dilepas diruang penyangga
    - Lapisan 3: masuk ruangan steril
3. Produk sendiri (pencemaran sendiri). Untuk kontrol kebersihan, kotoran maksimal 10 ppm.
4. Air di pabrik
5. Udara atau lingkungan pabrik
6. Makanan dan minuman
7. Sisa bahan pembersih
8. Limbah pabrik (harus diproses dengan baik)
9. Instalasi pembuangan
10. Serangga dan hewan lain (pengerat), atau hewan percobaan.

Macam limbah: cair, padat, cair semipadat, suara dalam desibel, gas. Limbah lain dapat diproses dulu seperti beta-laktam, sepalosporin baru boleh dicampur bahan lain. Di gudang dipasang alat penangkap serangga dan tikus. Bila suatu mesin akan digunkan untuk proses suatu zat,mak mesin harus dibilas dulu dan bilasan terakhir tidak boleh mengandung lebih dari 10 ppm zat sebelumnya.
Pengecekan limbah:
a. Fisika: diaduk, pengenapan, dilihat kejernihan
b. Kimia. Parameter: Biologycal Oxygen Demand (BOD0, Chemical Oxygen Deand (COD, dan Dissolve Oxygen (DO).
c. Biologi: dengan ikan mas, jika tidak ada yang mati berate kotoran inimal. Mengap ikan mas? Karena ikan mas sensitif terhadap air kotor.

Uji sterilitas
Ada beberapa metode:
1. Direct inoculation of culture medium
Meliputi pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Menurut British Farmakope:
a. media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na Tioglikolat cocok untuk pembiakan aerob. Suhu inkubasi 30-35oC.
b. Soya bean casein digest medium
Media ini membantu pertumbuhan bakteri anaerob dan fungsi. Suhu inkubasi 30-35oC, sedang fungi 20-25oC.
2. Membran filtrasi
Teknik yang banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui membran steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena mungkin organisme perlu adaptasi dulu.
3. Introduction od concentrate culture medium
Medium yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan ditumbuhkan. Tidak banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan adanya bakteri.

Uji pirogen
1. Secara kualitatif: Rabbit test
Berdasarkan respon demam pada kelinci. Digunakan kelinci karena kelinci menunjukkan respon terhadap  pirogen sesuai dengan keadaan manusia. Kenaikan suhu diukur melalui rektal.
2. Secara kuantitatif: LAL test
Cara uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit dari limulus polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
Kondisi LAL-test:
a. pH larutan 6-7
b. suhu 37oC
c. kontrol negatif: aquadest (pelarut)
d. kontrol positif (pirogen/endotoksin)
e. keuntungan: cepat, mudah, praktis

Semoga bermanfaat hhe... :)

Kunjungi Juga:   http://www.poltekkestasikmalaya.ac.id

Jumat, 07 Juni 2013

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)


Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakidonat Dorland, 2002). Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1899. Obat AINS yang pertama adalah asam asetil salisilat yang diproduksi oleh Felix Hoffman dari Bayer Industries. Berdasarkan saran dari Hermann Dreser, senyawa tersebut diberi nama Aspirin yang berasal dari gabungan kata bahasa Jerman untuk senyawa, acetylspirsรคure (spirea = nama genus tanaman asal obat tersebut, dan Sรคure = asam) (Wolfe, et al., 1999; Katzung & Payan, 1998). 

Obat- Obat: Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) :
1. DERIVAT ASAM SALISILAT (ASPIRIN)
Farmakodinamik:
 * Banyak digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. dan digolongkan dalam obat bebas.
 * Asam salisilat sangat iritatif shg hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yg dapat dipakai secara sistemik adalah asetosal.
* Efek Analgesik, aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang
* Efek Antipiretik, aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan
* Efek Anti Inflamasi, aspirin adalah penghambat non selektif kedua isoform COX ( Cyclooxygenase ) atau (COX-I dan COX-II * Efek Platelet, aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal aspirin (80 mg sehari) menyebabkan sedikit perpanjangan waktu perdarahan. 
* Dapat terjadi alkalosis respiratoar yang terkompensasi: CO2 yang dihasilkan mengakibatkan perangsangan pernapasan sehingga karbondioksida dalam darah tidak meningkat. Ekskresi bikarbonat melalui ginjal meningkat disertai Na+ dan K+, sehingga bikarbonat dlm plasma menurun dan pH darah kembali normal.
* Pada orang sehat aspirin menyebabkan perpanjangan masa perdarahan. Ini disebabkan: pembentukan TX2 terhambat. Pada pemakaian obat antikoagulan jangka lama harus berhati-hati memberikan aspirin, karena bahaya perdarahan mukosa lambung. 
* Aspirin bersifat hepatotoksik, tidak dianjurkan diberikan kepada pasien dengan penyakit hati kronik. Dapat menurunkan fungsi ginjal pada pasien dengan hipovolemia atau gagal jantung. 

Farmakokinetika:
* Pada pemberian oral, sebagian besar diabsorpsi di usus halus. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Pemberian secara rektal,lebih lambat dan tidak sempurna.
* Salisilat dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas.
* Asam salisilat diabsorpsi cepat dari kulit sehat terutama bila digunakan sebagai obat gosok atau salep
* Salisilat di distribusikan keseluruh jaringan mudah menembus sawar darah otak dan sawar uri.

Indikasi:
* Sebagai obat analgetik, untuk mengobati sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia. 
* Sebagai antipiretik, dosis untuk dewasa ialah 325 mg-650 mg, secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 15- 20 mg/kgBB diberikan tiap 4-6 jam. 
* Sebagai obat demam reumatik akut: Dosis dewasa: 5-8 g per hari, diberikan 1 g per kali Dosis anak : 100-125 mg/kg/BB/hari, diberikan tiap 4-6 jam selama seminggu. Setelah itu tiap minggu dosis berangsur diturunkan sampai 60 mg/kgBB/hari. 
* Artitis reumatoid. Selain menghilangkan nyeri, salisilat menghambat inflamasinya. Dosisnya ialah: 4-6 g/hari.
* Mencegah trombus koroner, dosis aspirin kecil(325mg/hari) yang diminum tiap hari dapat mengurangi insiden infark miokard akut
* Sebagai counter irritant bagi kulit, bentuk salep atau liniment. Efek samping : - tukak lambung atau tukak peptik - perdarahan lambung - anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna - muntah-muntah, pendengaran berkurang, tinitus dan vertigo yang reversibel - Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian. - Keracunan serius apabila jumlah yang ditelan melebihi150- 175 mg/kgBB. - Alergi terhadap salisilat - Beratnya efek samping ini berbeda pada masing-masing obat. 

2. DIFLUNISAL
* Obat ini merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat.
* Bersifat analgesik dan antiinflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik.
* Indikasinya hanya sebagai analgesik ringan sampai sedang dengan dosis awal 500 mg, disusul 250-500 mg tiap 8 – 12 jam
* Efek sampingnya lebih ringan daripada asetosal dan tidak menyebabkan gangguan pendengaran.
* Para amino fenol : Fenasetin dan Asetaminofen Pirazolon dan Derivat. : dipiron, fenilbutazon, aminopirin,oksifenbutazon, antipirin dan Obat- Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) lain : Asam Mefenamat, Diklofenak, Ibuprofen,  Kertoprofen, Naproksen, Indometasin, Piroksikam dan Meloksikam, Nabumeton, Nimesulide, COX-2 Selektif.

3. OBAT PIRAI
Obat Pirai ada 2 Kelompok,
1. Obat yang menghentikan proses inflamasi Akut : Kolkisin Fenilbutazon Oksifenbutazon Indometasin -Menghentikan proses inflamasi -Menghilangkan gejala -Terapi simptomatis 
2. Obat yang menghentikan proses inflamasi Kronis (mempengaruhi kadar asam urat) : Alopurinol Probenesid Sulfinpirazon - Menurunkan kadar asam urat - Memobilisasi asam urat - Menghambat pembentukan tofi - Menghilangkan penyebabnya -Terapi kausatip.

4. OBAT PIRAI: KOLKISIN
Farmakodinamik :
* Tidak Mempunyai efek analgesi
* Terikat pada tubulin protein intraseluler , dengan demikian akan mencegah polimerisasinya menjadi mikrotubulus dan mengarah kepada penghambatan migrasi lekosit dan fagositosis 
* Menghambat pembentukan leukotrien B4 Farmakokinetik :
* Absorpsi melalui saaluran cerna baik
* Didistribusikan secara luas dalam jaringan tubuh
* Kadar tinggi dalam ginjal, hati, limpa, dan saluran cerna
* Tidak terdapat didalam otot rangka , jantung dan otak
* Sebagian besar diekskresi melalui tinja dalam bentuk utuh hanya 10-20 % diekskresi melalui urin
* Kolkisin dapat ditemukan dalam lekosit dan urin sedikitnya untuk 9 hari setelah suatu suntikan IV.

Indikasi :
* Meredakan inflamasi dari artritis pirai akut
* Lebih disukai sebagai propilaksis kambuhnya episode artritis akut Efek samping :
* Mual, muntah, diare * Gejala saluran cerna ini tidak terjadi pada pemberian IV dengan dosis terapi * Intoksikasi akut setelah menelan dosis besar(non terapeutik) dapat berupa : - nyeri tenggorokan seperti terbakar - diare berdarah - syok - hematuria - oligouria - depresi sistem saraf pusat 

5. ALOPURINOL
Indikasi :
- untuk penyakit pirai karena menurunkan kadar asam urat - pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan
- menghambat pembentukan tofi - memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi

Farmakokinetik :
- Diserap dengan baik oleh saluran cerna
- Alopurinol mengalami biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang daripada alopurinol, oleh sebab itu alopurinol yang masa paruhnya pendek cukup diberikan satu kali sehari.

Efek samping :
- Reaksi kulit, bila terjadi kemerahan segera obat dihentikan - eosinofilia, artralgia, dan pruritus - gangguan saluran cerna kadang-kadang juga terjad.

Cuma sedikit pembahasan sama contoh obatnya.... hhe
tapi semoga bermanfaat :)

Kunjungi Juga:   http://www.poltekkestasikmalaya.ac.id

Rabu, 05 Juni 2013

Asam dan Basa


Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak.
  • Teori Asam Basa menurut Arrhenius
Pada tahun 1884, Svante Arrhenius (1859-1897) seorang ilmuwan Swedia yang memenangkan hadiah nobel atas karyanya di bidang ionisasi, memperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai menjadi bagian ion-ion dalam larutan. Dia menjelaskan bagaimana kekuatan asam dalam larutan aqua (air) tergantung pada konsentrai ion-ion hidrogen di dalamnya.

Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH–. Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH–. Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.

HxZ ⎯⎯→ x H+ + Zx–

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam. Beberapa contoh asam dapat dilihat pada tabel 5.1.
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai berikut.
M(OH)x ⎯⎯→ Mx+ + x OH–
Jumlah ion OH– yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Beberapa contoh basa diberikan pada tabel 5.2.

Asam sulfat dan magnesium hidroksida dalam air mengion sebagai berikut.
H2SO4 ⎯⎯→ 2 H+ + SO42–
Mg(OH)2 ⎯⎯→ Mg+ + 2 OH–
  • Tetapan Keseimbangan Air 
Persamaan ionisasi air dapat ditulis sebagai:
H2O(l) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + OH–(aq)
  • Harga tetapan air adalah:


Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil dibandingkan dengan konsentrasi H2O mula-mula, sehingga konsentrasi H2O dapat dianggap tetap, maka harga K[H2O] juga tetap, yang disebut tetapan kesetimbangan air atau ditulis Kw.
  • Jadi,

  • Pada suhu 25 °C, Kw yang didapat dari percobaan adalah 1,0 × 10–14.
  • Harga Kw ini tergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang suhunya tidak terlalu menyimpang jauh dari 25 °C, harga Kw itu dapat dianggap tetap.
  • Harga Kw pada berbagai suhu dapat dilihat pada tabel berikut.


  • Kekuatan Asam Basa
  1. Kekuatan Asam
Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+ yang dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.

a. Asam Kuat
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) ⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)

b. Asam Lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan. Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)

Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan asam makin condong ke kanan, akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan ukuran kekuatan asam, makin besar Ka makin kuat asam. Berdasarkan persamaan di atas, karena pada asam lemah [H+] = [A–], maka persamaan di atas dapat diubah menjadi:




  • Kekuatan Basa
Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion OH– yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH yang dihasilkan, larutan basa juga dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut. 
 
a. Basa Kuat
Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x(aq) ⎯⎯→ Mx+(aq) + x OH–(aq)

dengan:
 x = valensi basa
M = konsentrasi basa

b. Basa Lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi kesetimbangan. Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ M+(aq) + OH–(aq)


Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke kanan, akibatnya Kb bertambah besar. Oleh karena itu, harga Kb merupakan ukuran kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat basa. Berdasarkan persamaan di atas, karena pada basa lemah [M+] = [OH–], maka persamaan di atas dapat diubah menjadi:







  • Derajat Kesamaan
  1. Konsep pH
Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910, seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 – 14 dan ditulis:

  • Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:
a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.
b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.
c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.

Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan ion H+ sebesar 10n. Perhatikan contoh di bawah ini.
  • Jika konsentrasi ion H+ = 0,01 M, maka pH = – log 0,01 = 2
  • Jika konsentrasi ion H+ = 0,001 M (10 kali lebih kecil) maka pH = – log 0,001 = 3 (naik 1 satuan)
  • Jadi dapat disimpulkan:
• Makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH
• Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH = 2.

2. Pengukuran pH
 Untuk menentukan pH suatu larutan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut.

1. Menggunakan Beberapa Indikator
Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dapat berubah warna pada rentang harga pH tertentu (James E. Brady, 1990). Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek perubahan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan. Contoh, suatu larutan dengan brom timol biru (6,0– 7,6) berwarna biru dan dengan fenolftalein (8,3–10,0) tidak berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,6–8,3. Hal ini disebabkan jika brom timol biru berwarna biru, berarti pH larutan lebih besar dari 7,6 dan jika dengan fenolftalein tidak berwarna, berarti pH larutan kurang dari 8,3. 



Konsep Asam-Basa Bronsted dan Lowry

  • Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton, sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton.
 
  •  Perhatikan contoh berikut.
NH4 + (aq)  +  H2O(l)  ⎯→  NH3(aq) + H3O+(aq)
asam                basa
H2O(l)  + NH3(aq) ⎯⎯→  NH4+(aq)  +  OH(aq)
asam          basa

 Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa (akseptor proton). Zat seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter). Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa Arrhenius karena hal-hal berikut :
  1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
  2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat berupa kation atau anion. Konsep asam-basa ronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl, yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.
  • Asam dan Basa Konjugasi 
Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam tersebut. Sedangkan basa yang telah menerima proton menjadi asam konjugasi. Perhatikan tabel berikut. 


  • Pasangan asam-basa setelah terjadi serah-terima proton dinamakan asam-basa konjugasi.


  • Konsep Asam-Basa LEWIS 
Asam menurut Lewis adalah zat yang dapat menerima pasangan electron (akseptor pasangan electron). Basa menurut Lewis adalah zat yang dapat memberikan pasangan electron (donor pasangan electron). Lewis mengamati bahwa molekul BF3 juga dapat berperilaku seperti halnya asam (H+) sewaktu bereaksi dengan NH3. Molekul BF3 dapat menerima sepasang elektron dari molekul NH3 untuk membentuk ikatan kovalen antara B dan H.  Teori asam basa Lewis lebih luas dibandingkan Arhenius dan Bronsted Lowry , karena :
  • Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut air, pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.
  • Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan transfer proton (H+), seperti reaksi antara BF3 dan NH3.

Contoh :
Tunjukkan bagaimana reaksi asam basa antara larutan HCl dan NaOH menurut teori Arhenius dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Lewis

Reaksi antara larutan HCl dan NaOH ;
HCl(aq) + NaOH(aq)  ↔ NaCl(aq) + H2O(l)
Untuk menjelaskan reaksi ini menggunakan teori Lewis, nyatakan reaksi sebagai reaksi ion:
HCl ↔ H+ + Cl-                      NaOH ↔ Na+ + OH-
NaCl ↔ Na+  + Cl-                  H2O
Reaksi ion bersihnya adalah :
H+ + OH-↔ H2O(l)
Ikatan kovalen koordinasi antara H dan O yang terbentuk akibat transfer sepasang elektron dari OH- ke H+



 Sekian Dulu tentang Asam Basanya    hhe...

Kunjungi juga:    http://www.poltekkestasikmalaya.ac.id  

Selasa, 04 Juni 2013

Anion dan Kation

Apa yang kamu ketahui tentang kation ???

          Kation adalah ion yang bermuatan positif,ada juga pengertian lain yaitu atom yang bermutan positif jika kekurangan elektron.

Sedangkan apa itu anion???
          Anion adalah ion yang bermuatan positif, dan bisa juga di artikan atom yang bermuatan negatif jika kelebihan elektron.


         Untuk menganalisis anion kation ada beberapa tahapan yang bisa kita lakukan yaitu:
1. Uji Pendahuluan bertujuan untuk memperkirakan dan memberi arah sehingga memperoleh gambaran terhadap contoh sample yang ingin di ketahui atau uji. Uji pendahuluan meliputi :
a. Organoleptis ( menggunakan panca indra) yang di uji biasanya berupa bentuk,warna,bau dan rasa.
b. Uji sifat fisik,yaitu berupa kelarutan,keasaman,sublimasi.
c. Mikroskopis, yaitu melihat bentuk kristal senyawa uji yang khas di bawah mikroskop.
d. Reaksi nyala ( Flame Test ) di lakukan dengan cara menggunakan kawat Pt atau Nicr yang di bakar di atas api bunsen atau api oksidasi.

Warna-warna  apa saja yang akan muncul jika kawat Pt atau Nicr di bakar dalam uji warna nyala????

Kation warna nyala
Li+       = Merah

Na+      = Kuning

K+        = Ungu

Ba2+     = Kuning Hijau

Ca2+     = Merah Kuning


      
       Sesuai dengan namanya yaitu reaksi nyala ternyata setiap logam memberikan warna yang berbeda-beda mempunyai warna khasnya masing-masing. warna nyala tersebut  terjadi karena adanya eksitansi elektron. Eksitansi yaitu perpindahan elektron ke energi yang lebih besar.
           
      Reaksi nyala (Flame Test) termasuk reaksi kering, selain reaksi kering di kenal juga reaksi cara basah. Yaitu hasil reaksi dapat diketahui dengan mengamati adanya perubahan yang terjadi, umumnya berupa terbentuknya endapan, timbulnya gas, dan perubahan warna.


Reaksi Pengendapan
         Banyak sekali reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan yang berperan penting dalam analisa kualitatif. Bentuk endapan dapat berupa kristal,  atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda . Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.


 Analisis Kation
          Penggolongan kation yang paling umum berdasarkan pada kelarutan dari klorida , sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation digolongkan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa pereaksi.

Golongan - golongan kation memiliki ciri khas yaitu :
  • Golongan I : membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion - ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.
  • Golongan II : membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah mercurium (II) , tembaga , cadmium, bismuth, stibium , timah .
  • Golongan III : membentuk endapan dengan ammonium sulfit dalam suasana netral . Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, allumunium , seng, mangan, dan kobalt.
  • Golongan IV : membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam .
  • Golongan V : disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan pereaksi - pereaksi golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium ammonium, lithium, dan hidrogen.

Analisis Anion 
          Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis.
          Untuk mengetahui adanya anion dapat diperkirakan dengan mengetahui kation apa saja yang terdapat dalam larutan sample pada percobaan sebelumnya, yaitu percobaan analisis kation.
         Pengujian antara reaksi asam sulfat encer dan pekat merupakan salah satu cara untuk mengetahui anion apa saja yang terdapat dalam larutan sample. Hal tersebut di sebabkan asam sulfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak anion lemah keluar dari senyawanya. Sebagai contoh, larutan yang mengandung garam karbonat akan keluar dan terurai menjadi air dan gas karbondioksida dengan bantuan asam sulfat yang mendesak asam karbonat. 
 
Umumnya anion dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a.  Golongan Sulat : SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42- , AsO43- ,
b.  Golongan halida : Cl- , Br- , I- , S2- ,
c.  Golongan nitrat  : NO3- , NO2- , C2H3O2- .
 
 
      Kunjungi juga:    http://www.poltekkestasikmalaya.ac.id